Gerakan Literasi Lampung Barat - Editor Lambar | editorlambar.com

Breaking

Post Top Ad

Post Top Ad

Kamis, 28 September 2017

Gerakan Literasi Lampung Barat

Gerakan Literasi Lampung Barat

LAMBAR-Gerakan Literasi Lampung Barat yang akan di laksanakan di Lamban Kopi Robusta Beguai  Jejama Di way Tenong Kabupaten Lambar  Minggu 1 Oktober 2017 Pukul 14.00 WIB sampai selesai  dengan Tema wujudkan Lambar hebat dengan membaca dan menulis Bersama Ketua Forum Literasi Lampung Dr. ( c) Eni Amalia S.Ag. S.S. dan Istri Bupati Terpilih 2017-2022 kabupaten Lambar Phartinia S.Pd M.M.

Dona Sorety Moza mendampingi ibu Phartinia S.Pd M.M selaku Penggerak Literasi Lambar menyampaikan Salah satu bentuk gebrakan beliau untuk meningkatkan minat membaca, menulis, matematika hingga ilmu pengetahuan dan teknologi alias sains adalah dengan menggalakkan GSN (Gerakan Literasi Nasional) sebagai Budaya Literasi untuk menumbuhkan insan pembelajar baik di lingkungan sekolah maupun di rumahnya masing-masing. Gerakan ini diharapkan mampu menumbuhkan minat membaca dan menulis dari seluruh elemen masyarakat, terutama dalam diri kalangan pelajar tanah air.

Literasi adalah kemampuan seseorang yang memiliki kemampuan membaca dan menulis, kemudian dari hasil bacaannya tersebut menemukan sebuah pemikiran yang kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan. Sehingga, diharapkan tidak ada lagi masyarakat yang buta huruf. Untuk latar belakang berdirinya FLL, salah satunya adalah saat ini masih ada beberapa kabupaten yang buta huruf dan umumnya didominasi oleh ibu-ibu, meski hal itu tidak banyak harapannya bisa menuntaskan permasalahan tersebut.

Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh FLL adalah mendonasikan buku, mengumpulkan buku-buku bekas layak baca dari para penerbit, dosen, mahasiswa, masyarakat, dan sebagainya, setelah terhimpun baru kita salurkan buku-buku tersebut kepada masyarakat. Orang-orang yang tergabung di FLL semua kalangan. Salah satunya komunitas-komunitas. Seperti Komunitas Gerakan Lampung Membaca, Komunitas Dakwah Cinta Buku, penggiat literasi, sukarelawan, penerbit, toko buku, dan semua orang-orang yang peduli untuk gerakan literasi di Lampung.

Meski baru berdiri dan aktif awal tahun ini, FLL telah memiliki cabang yang kita sebut dewan pimpinan cabang (DPC), seperti di Way Kanan, Lampung Selatan, dan Tanggamus. Tinggal beberapa kabupaten saja yang belum ada DPC dan saat ini sedang dalam proses pembentukan.
Adapun yang ada di masyarakat tidak memiliki kemudahan, akses informasi dan bahan bacaan. Di Lampung ini ada sekitar 40 rumah baca, taman baca, griya baca, jendela baca, perpustakaan desa, dan pustaka bergerak. Namun, mereka selama ini sangat kesulitan mendapatkan koleksi buku-buku bacaan yang bisa diakses masyarakat di lingkungan masing-masing. Oleh karena itu, pemerintah provinsi dan kabupaten/kota seharusnya memfasilitasi perpustakaan koleksi buku-buku bacaan ke pelosok daerah. Mulai dari kecamatan, kelurahan, hingga ke desa-desa.

Kegiatan lain yang dilakukan FLL, di antaranya memberikan materi tentang pengelolaan rumah baca ke sekolah-sekolah dan mengadakan bimbingan teknis pengelolaan perpustakaan. Sebab, bagaimanapun mengelola perpustakaan itu perlu ilmu. Kemudian kunjungan ke perpustakaan dan setiap kunjungan ada yang bisa kita petik pelajaran, sharing ilmu dan sebagainya.

Kemudian Hasil penelitian Programme for International Student Assessment (PISA) pada 2012 menyebutkan, budaya literasi masyarakat Indonesia terburuk kedua dari 65 negara yang diteliti di dunia. Melihat rendahnya minat literasi di Indonesia itulah yang mendorong Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud )menggagas Gerakan Literasi Nasional
.
Seperti yang di sampaikan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, dan Pendidikan Masyarakat Kemdikbud Harris Iskandar dalam seminar bertajuk 'Sinergi Gerakan Literasi Nasional dan Menimbang Gagasan Indeks Literasi di Indonesia' di Hotel Atlet Century, Jakarta, Kamis (24/11/2016) bahwa minat membaca anak-anak usia sekolah di Indonesia sangat rendah. Menurut survei BPS, 90,27 persen anak usia sekolah suka menonton televisi, sedangkan hanya 18,94 persen yang suka membaca. Selain itu, dari hasil penelitian yang didapat, indeks membaca masyarakat Indonesia 0,001. Artinya, dari 1.000 orang Indonesia, hanya satu yang suka membaca. Hal ini Kita juga menyayangkan tingkat melek huruf di Indonesia sudah tinggi, sekitar 96,3 persen, tapi minta baca sungguh rendah. Untuk itu Kemdikbud bersama Balai Pustaka bekerja sama dengan BUMN dan pihak swasta membuat beberapa kegiatan untuk mendorong minat baca masyarakat (wirdayuli/Irw/Editor Lambar.Com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad