Gerakan
Literasi Lampung Barat
LAMBAR-Gerakan Literasi Lampung Barat yang akan di
laksanakan di Lamban Kopi Robusta Beguai Jejama Di way Tenong Kabupaten
Lambar Minggu 1 Oktober 2017 Pukul 14.00 WIB sampai selesai dengan
Tema wujudkan Lambar hebat dengan membaca dan menulis Bersama Ketua Forum
Literasi Lampung Dr. ( c) Eni Amalia S.Ag. S.S. dan Istri Bupati Terpilih
2017-2022 kabupaten Lambar Phartinia S.Pd M.M.
Dona Sorety Moza mendampingi ibu Phartinia S.Pd M.M selaku
Penggerak Literasi Lambar menyampaikan Salah satu bentuk gebrakan beliau untuk
meningkatkan minat membaca, menulis, matematika hingga ilmu pengetahuan dan
teknologi alias sains adalah dengan menggalakkan GSN (Gerakan Literasi
Nasional) sebagai Budaya Literasi untuk menumbuhkan insan pembelajar baik di
lingkungan sekolah maupun di rumahnya masing-masing. Gerakan ini diharapkan
mampu menumbuhkan minat membaca dan menulis dari seluruh elemen masyarakat,
terutama dalam diri kalangan pelajar tanah air.
Literasi adalah kemampuan seseorang yang memiliki kemampuan
membaca dan menulis, kemudian dari hasil bacaannya tersebut menemukan sebuah
pemikiran yang kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan. Sehingga, diharapkan
tidak ada lagi masyarakat yang buta huruf. Untuk latar belakang berdirinya FLL,
salah satunya adalah saat ini masih ada beberapa kabupaten yang buta huruf dan
umumnya didominasi oleh ibu-ibu, meski hal itu tidak banyak harapannya bisa
menuntaskan permasalahan tersebut.
Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh FLL adalah
mendonasikan buku, mengumpulkan buku-buku bekas layak baca dari para penerbit,
dosen, mahasiswa, masyarakat, dan sebagainya, setelah terhimpun baru kita
salurkan buku-buku tersebut kepada masyarakat. Orang-orang yang tergabung di
FLL semua kalangan. Salah satunya komunitas-komunitas. Seperti Komunitas
Gerakan Lampung Membaca, Komunitas Dakwah Cinta Buku, penggiat literasi,
sukarelawan, penerbit, toko buku, dan semua orang-orang yang peduli untuk
gerakan literasi di Lampung.
Meski baru berdiri dan aktif awal tahun ini, FLL telah
memiliki cabang yang kita sebut dewan pimpinan cabang (DPC), seperti di Way
Kanan, Lampung Selatan, dan Tanggamus. Tinggal beberapa kabupaten saja yang
belum ada DPC dan saat ini sedang dalam proses pembentukan.
Adapun yang ada di masyarakat tidak memiliki kemudahan,
akses informasi dan bahan bacaan. Di Lampung ini ada sekitar 40 rumah baca,
taman baca, griya baca, jendela baca, perpustakaan desa, dan pustaka bergerak.
Namun, mereka selama ini sangat kesulitan mendapatkan koleksi buku-buku bacaan
yang bisa diakses masyarakat di lingkungan masing-masing. Oleh karena itu,
pemerintah provinsi dan kabupaten/kota seharusnya memfasilitasi perpustakaan
koleksi buku-buku bacaan ke pelosok daerah. Mulai dari kecamatan, kelurahan,
hingga ke desa-desa.
Kegiatan lain yang dilakukan FLL, di antaranya memberikan materi tentang
pengelolaan rumah baca ke sekolah-sekolah dan mengadakan bimbingan teknis
pengelolaan perpustakaan. Sebab, bagaimanapun mengelola perpustakaan itu perlu
ilmu. Kemudian kunjungan ke perpustakaan dan setiap kunjungan ada yang bisa
kita petik pelajaran, sharing ilmu dan sebagainya.
Kemudian Hasil penelitian Programme for International
Student Assessment (PISA) pada 2012 menyebutkan, budaya literasi masyarakat
Indonesia terburuk kedua dari 65 negara yang diteliti di dunia. Melihat
rendahnya minat literasi di Indonesia itulah yang mendorong Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud )menggagas Gerakan Literasi Nasional
.
Seperti yang di sampaikan oleh Direktur Jenderal Pendidikan
Anak Usia Dini, dan Pendidikan Masyarakat Kemdikbud Harris Iskandar dalam
seminar bertajuk 'Sinergi Gerakan Literasi Nasional dan Menimbang Gagasan
Indeks Literasi di Indonesia' di Hotel Atlet Century, Jakarta, Kamis
(24/11/2016) bahwa minat membaca anak-anak usia sekolah di Indonesia sangat
rendah. Menurut survei BPS, 90,27 persen anak usia sekolah suka menonton
televisi, sedangkan hanya 18,94 persen yang suka membaca. Selain itu, dari
hasil penelitian yang didapat, indeks membaca masyarakat Indonesia 0,001.
Artinya, dari 1.000 orang Indonesia, hanya satu yang suka membaca. Hal ini Kita
juga menyayangkan tingkat melek huruf di Indonesia sudah tinggi, sekitar 96,3
persen, tapi minta baca sungguh rendah. Untuk itu Kemdikbud bersama Balai Pustaka
bekerja sama dengan BUMN dan pihak swasta membuat beberapa kegiatan untuk
mendorong minat baca masyarakat (wirdayuli/Irw/Editor Lambar.Com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar