LAMBAR-Tidak bisa dipungkiri, produk-produk pertanian impor,
seperti buah dan sayuran, sudah sangat familier kita jumpai di berbagai
supermarket. Bahkan di pasar-pasar tradisional dan toko kelontong pun juga ada.
Dan herannya, harganya kebanyakan dipatok lebih murah dibanding buah dan
sayuran dalam negeri. Selain itu, konsumen sepertinya juga lebih menyukai
produk impor dibanding produk dalam negeri. Masalah gengsi menjadi alasannya
disamping faktor harga yang lebih murah.
Pun demikian dengan komoditas tanaman pangan. Jagung
misalnya, meskipun secara stastistik produksi jagung kita melimpah hingga
Beberapa Ton/tahun ,impor jagung masih tetap berjalan, terutama untuk memenuhi
kebutuhan industri pakan ternak. Padahal menurut Petani yang ada dikecamatan
Lumbok Seminung Pauzan Petani sayur Mayur Dan Jagung ,Mengatakan kebutuhan
industri pakan ternak hanya Sedikit.
Alasan harga kembali menjadi salah satu pertimbangan para
pelaku usaha pakan ternak. Meskipun pada prinsipnya mereka lebih menyukai
jagung dari para petani sendiri, namun karena terkendala persoalan kepastian
pasokan dan biaya transportasi yang berimbas pada harga yang lebih tinggi,
akhirnya mereka pun memilih melakukan impor.
Membenahi manajemen sekaligus meningkatkan kualitas dan
kuantitas produksi komoditas pertanian dalam negeri sudah seharusnya dilakukan
untuk mengatasi masalah itu.Pauzan menyebut, sebenarnya produk hortikultura
kita sudah mampu bersaing dengan produk impor, bahkan secara kualitas masih
lebih bagus karena jauh lebih segar dan sehat. Hanya karena manajemen
produksinya masih belum tertata dengan baik, akhirnya kalah bersaing.
Sarana dan prasarana yang berhubungan dengan pertanian pun
juga harus dibenahi, terlebih yang berkaitan dengan kelancaran pemasaran
komoditas hasil panen para petani. Semisal, perbaikan infrastruktur jalan untuk
kemudahan akses ke pasar. Semakin cepat aksesnya, maka kualitas hasil panen
dari petani juga akan lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar